Metode
Operasi Bagan Tancap pada Siang Hari
di
Perairan Desa Pallette, Kabupaten Bone
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan berkah dan karunia-Nya kepada
segenap makhluk ciptaan-Nya serta junjungan Nabi besar Muhammad SAW atas segala
bimbingan kepada umatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek
Kerja Lapang (PKL) di Perairan Desa
Pallette, Kecamatan Riattang Timur, Kabupaten Bone.
Dengan
selesainya laporan ini penulis menyadari banyak kesulitan dan kendala yang
penulis hadapi akan tetapi semua itu dapat penulis atasi karena adanya dukungan dari berbagai pihak baik
secara moral maupun material kepada penulis. Oleh karena itu lewat kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada :
1. Kedua
Orang Tua beserta keluarga besarku tersayang atas segala dukungannya baik
secara materil maupun doanya untuk penulis sehingga memberi motivasi kepada
penulis untuk terus belajar dan mengevaluasi diri.
2. selaku
pembimbing utama yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing,
mengarahkan, dan memberi saran-saran yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam
penyusunan laporan ini,
3. Bapak
Muhammad Atid, SP, M.Si selaku pembimbing lapang yang dengan sabar membimbing,
mengarahkan, dan memotivasi penulis selama menjalankan praktek kerja lapang.
4.
Keluarga
besar kapal Teluk Mandar dan kapal sofwan 2 beserta ABK-nya yang telah
mengizinkan penulis untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapang di kapal purse
seine yang dioperasikannya.
5. Kepala
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara.
6. Kanda
senior yang ada di Yayasan Mattiro Tasi, terima kasih atas dukungan dan
bantuannya selama ini sehingga penulis mampu melaksanakan dan menyelesaikan
laporan tepat pada waktunya.
7. Kanda
Edi Hamka S.Pi selaku alumni di fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan yang
telah membantu penulis dalam pembuatan peta dan informasi referensi bahan dalam
penulisan laporan ini.
8. Keluarga
Besar HMP PSP UNHAS terkhusus Angkatan 2007 serta semua pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas motivasi dan dukungannya
selama ini kepada penulis.
Akhir
kata hanya kepada Allah SWT segalanya dikembalikan, Penulis sadar bahwa dalam
penulisan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan disebabkan oleh keterbatasan yang penulis miliki. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk menjadi
perbaikan masa yang akan datang.
A.
Latar Belakang
Perikanan
merupakan salah satu bidang yang diharapkan dapat dan mampu menjadi penopang
peningkatan kesejahteraan rakyat indonesia. Sektor perikanan dapat berperan
dalam pemulihan dan pertumbuhan perkonomian bangsa Indonesia karena potensi sumberdaya
ikan yang besar dalam jumlah dan keragamannya. Selain itu, sumberaya perikanan
merupakan sumberdaya yang dapat diperbaharui (renewable resource) sehingga dengan pengelolaan yang bijaksana
dapat terus dinikmati manfaatnya. Pengelolaan perikanan selain memberikan
keuntungan, juga meninggalkan berbagai permasalahan seperti kelebihan
penangkapan (overfishing) dan
kerusakan habitat (habitat destruction).
Interaksi kelebihan penangkapan dan kerusakan habitat telah memberikan dampak
terhadap penurunan produksi perikanan dunia (Dahuri 2001).
Provinsi Sulawesi
Selatan memiliki perairan
laut dengan panjang pantai sekitar 2.500
km dengan potensi sumberdaya
perikanan tangkap yang
besar dengan potensi berbagai jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis
yang tinggi. Potensi perikanan Sulawesi
Selatan untuk daerah
penangkapan 12 mil
dari pantai sebesar 620.480
ton/tahun dan 80.072
ton/tahun untuk zona
ekonomi eksklusif (ZEE), daerah penangkapan 12-200 mil dari pantai.
Potensi perikanan laut ini baru
termanfaatkan sekitar 56%
yaitu 14.468 ton
setiap tahunnya (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Sulawesi Selatan, 2007).
Potensi
bidang perikanan di kabupaten Bone memberikan peluang yang sangat besar bagi
investor, khususnya pada 11 kecamatan di sepanjang pesisir Teluk Bone. Wilayah
penangkapan ikan disekitar Teluk Bone mencapai 127 km panjang pantai hingga
puluhan mil ke tengah laut dengan produksi pada tahun 2001 sebesar 68.384,2
ton, Kondisi pemanfaatan sumberdaya perikanan Kabupaten Bone masih
didominasi oleh perikanan rakyat dengan menggunakan alat tangkap yang termasuk
kategori sederhana, tidak memerlukan biaya tinggi. Salah satu alat tngkap yang
digunakan yaitu bagan tancap.
Bagan
adalah salah satu jenis alat tangkap yang banyak digunakan nelayan untuk
menangkap ikan pelagis kecil. Unit penangkapan bagan pertama kali
diperkenalkan oleh nelayan Bugis – Makasar sekitar tahun 1950-an.
Selanjutnya dalam waktu relatif singkat alat tangkap ini sudah dikenal di
seluruh Indonesia. Perkembangan bagan yang begitu pesat di perairan Indonesia
merupakan indikasi bahwa unit penangkapan bagan memiliki karakteristik yang
sesuai dengan masing - masing daerah dimana bagan dioperasikan (Sudirman
2003). Berdasarkan cara pengoperasiannya bagan dikelompokkan dalam jaring
angkat (lift net), namun karena
menggunakan cahaya lampu untuk mengumpulkan ikan maka disebut light fishing (Subani dkk. 1989).
Alat
bantu yang sering digunakan dalam pengoperasian bagan tancap adalah atraktor cahaya
(Ligh Fishing), berfungsi untuk merangsang
atau menarik perhatian ikan untuk berkumpul di bawah cahaya lampu. Kemudian dilakukan
pengangkapan dengan jarring yang telah tersediah. (Ayodyoa, 1981). Namun diperairan
Tanjung Pallette, Kabupaten Bone, terdapat beberapa bagan yang mengunakan lumut
sebagai atraktor untuk menarik perhatian ikan agar berkumpul di kolom bagan.
Sebagai mahasiswa jurusan perikanan, program studi pemanfaatan sumber
daya perikanan di Universitas Hasanuddin, maka untuk menunjang aspek kompetensi
dalam perkuliahan dan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi
dengan pengetahuan keprofesian dalam hal ini teknik penangkapan ikan maka penulis wajib untuk
melaksanakan praktek kerja lapang ini.
B. Tujuan
dan Kegunaan
Praktek kerja lapang ini bertujuan
untuk melihat dan mengetahui pengoperasian Bagan Tancap
pada siang hari secara langsung di lapangan serta untuk menambah pengalaman kerja mahasiswa.
Kegunaan dari praktek
kerja lapang ini yaitu diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi
penulis. Selain itu, menjadi salah satu wadah perbandingan antara teori yang
diperoleh dari perkuliahan dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.
BAB
II
METODE
PRAKTEK KERJA LAPANG
A. Waktu
dan Tempat
Kegiatan
praktek kerja lapang ini dilaksanakan pada tanggal 12 September 2012 sampai 16
Desember 2012 berlokasi di perairan Desa Pallette, Kecamatan Riattang
Timur, Kabupaten Bone.
B. Metode
Pelaksanaan
Metode
yang akan dilakukan dalam praktek kerja lapang ini yaitu dengan cara mengikuti
secara langsung kegiatan pengoperasian bagan
tancap yang dioperasikan pada siang hari di
perairan Desa
Pallette, Kecamatan Riattang Timur, Kabupaten Bone dan melakukan wawancara dengan pembimbing
lapangan serta nelayan setempat.
C. Alat
dan Bahan
Alat
dan bahan yang digunakan pada praktek kerja lapang ini adalah:
v
Satu
Unit bagan tancap
v Kamera
digital
v Global Positioning System
(GPS)
v Rol meter
v Alat tulis menulis
D. Kegiatan
kerja
Kegiatan–kegiatan
yang dilakukan selama praktek kerja lapang di lokasi pada bagan
tancap adalah sebagai berikut:
1. Melakukan
wawancara dengan pemilik bagan tentang alat
tangkap dan teknik pengoperasian bagan
tancap yang dioperasikan pada siang hari
2. Mengikuti
operasi penangkapan ikan dengan menggunakan bagan tancap dan mengamati hal- hal
berikut:
a. Keadaan
kapal:
v Jenis
dan bahan kapal
v Ukuran
kapal (L,B,D)
v Jenis
dan kekuatan mesin
b. Alat
tangkap
v Bahan
alat tangkap
v Deskripsi
alat tangkap
c. Alat
bantu penangkapan
v Serok
v
Roller
v
Lumut
BAB
III
PELAKSANAAN
PRAKTEK KERJA LAPANG
A. Deskripsi
Kapal dan Alat Tangkap
B.
Alat
Tangkap
Konstruksi
bagan tancap terbuat dari susunan bambu berbentuk persegi empat yangditancapkan
di atas perairan kedalaman ±4 meter bersubstrat lumpur, di mana pada bagian tengah
dari bangunan bagan tancap tersebut dipasang jaringyang berbentuk segi empat yang diikatkan pada bingkai yang
terbuat dari bambu. Bingkai jaring bagan tancap tersebut dihubungkan
dengan tali pada keempat sisinya yang berfungsi untuk menarik jaring dan pada
setiap sudut bingkai jaring bagan tancap diberikan batu sebagai pemberat
seberat ±2 kg yang berfungsi untuk
menjaga keseimbangan pada saat jaring akan diturunkan.Luas bagan tancap
berukuran 7x7 meter, sedangkan tinggi tiang utamanya 8 meter dari dasar
perairan.
Pada
keempat sisi jaring ini diberikan batu sebagai pemberat sebesar 0,5 kg yang berfungsi untuk membuka jaring
secara sempurna selama dioperasikan. Pada keempat sisinya terdapat beberapa batang bambu melintang dan
menyilang yang dimaksudkan untuk memperkuat berdirinya bagan tancap (Gambar 7).
Umumnya
jenis bambu yang digunakan yakni bambu parring(Gigantochloa atter) dan bambu pattung(Dendrocalamus asper) (Wibowo, 2001). Jumlah bambu yang digunakan
sebanyak 88 batang yang terdiri dari bambu parring(Gigantochloa atter) adalah 46 batang dan
bambu pattung(Dendrocalamus asper) adalah 42 batang. Bambu ini dapat bertahan
dalam kurun waktu kurang lebih satu tahun, jika mencapai satu tahun maka akan
dilakukan renovasi atau pergantian bambu-bambu yang telah rapuh. Jaring bagan
tancap menggunakan jenis waring (Polypropylene)
berwarna hitamdenganmesh size 0.5 cm serta ukuran jaring bagan tancap relatif
jauh dari pantai yakni 8.25X8.25X3meter
dan bagan tancap dekat dari pantai yakni
8.25X8.25X2.5 meter, dengan posisi jaring terletak di bagian bawah bangunan
bagan tancap yang diikatkan pada bingkai bambu yang berbentuk segi empat yang
disambungkan ke roller dengan
menggunakan tali. Layout disain
kerangka bagan tancap dapat dilihat pada Lampiran 7 (a, b, c dan e) dan 8.
Gambar 1.Bagan Tancap yang ada di desa
Pallette Kab. Bone
Di atas bangunan bagan tancap dibagian tengah
terdapat bangunan menyerupai bentuk atap rumah yang berfungsi sebagai tempat
istirahat dan menyimpan barang.Ukuran bangunan rumah bagan tancap yakni 2.5X2X1.5 meter
C.
Perahu
Motor Tempel
Perahu
yang digunakan sebagai alat transportasi dari fishing base ke fishing
ground merupakan perahu motor tempel yang terbuat dari fiber dengan
konstruksi sederhana dan kapasitas muatan perahu ini 3-5 orang (Gambar 8).
Ukuran perahu pada bagan tancap relatif jauh dari pantai ialah panjang 7.5
meter, lebar 0.9 meter, dan tinggi 0.44 meter. Mesin penggerak yang digunakan
adalah merek honda dengan kekuatan 6.5 PK dan menggunakan bahan bakar bensin
(Gambar 3
Gambar 3.
Perahu Motor Tempel
Adapun alat bantu yang digunakan
selama praktek kerja lapang yaitu sebagai berikut:
A.1.c Serok
Serok merupakan alat bantu yang
digunakan untuk memindahkan hasil tangkapan dari dalam jaring ke dalam box
penyimpanan. Serok yang
digunakan terbuat dari sebatang bambu dengan panjang 5 meter dan waring yang
dibentuknya menyerupai kantong
A.3.cRoller
Roller berfungsi untuk menggulung
tali kolor pada saat ikan telah berkumpul di atas jaring. Roller ini terbuat dari bambu yang berukuran besar yang
berdiameter 15 cm dengan panjang 8 m. Roller
diputar dengan menggunakan tenaga manusia.
D. Daerah
Penangkapan
Bagan tancap yang digunakan selama praktek kerja lapang
berada di perairan Palette kecamatan Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone.
Lokasi Fishing base berada pada
posisi 040 29’
17.9”
LS dan 1200
23’
37.9”
BT. Sedangkan fishing ground berada
pada posisi 040 29’
16.4”
LS dan 1200
24’
00.4”
BT, yang berada di sekitar ekositem mangrove.
Nelayan mulai berangkat dari fishing base
ke fishing ground pada siang hari
Pukul 10.30 WITA, jarak yang ditempuh oleh nelayan untuk sampai ke fishing ground sekitar 10 menit kemudian
kembali lagi ke fishing base pada
sore hari sekitar Pukul 15.00 WITA..
E. Pengoperasian
Bagan
Tancap Siang
Untuk menunjang
keberhasilan operasi penangkapan ikan maka ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu sebagai berikut:
C.1. Persiapan
Sebelum
menuju fishing ground maka perlu
melakukan beberapa persiapan untuk menunjang keberhasilan penangkapan yang
dilakukan di darat antara lain:
1. Penyadiaan bekal air minum
2. Persiapan
BBM (bensin)
3. Persiapan
lumut
4. Pemeriksaan
harian mesin
C.2. Operasi
Penangkapan
Operasi penangkapan dimulai pada pagi menjelang siang hari, sekitar pukul 09.30 WITA kapal mulai
meninggalkan fishing base menuju bagan atau fishing ground. Hanya membutuhkan waktu sekitar ± 15 menit
untuk sampai di bagan. Setelah
sampai di bagan, lumut kemudian diikatkan pada tali yang panjangnya
sekitar 12 meter untuk dibentangkan pada kolom bagan. Tali tersebut juga dipasangkan pemberat agar lumutnya
dapat tenggelam.
Setelah
umpan lumut diturunkan, nelayan tinggal memperhatikan di sekitar lumut, jika
sudah terdapat beberapa ikan yang menjadi target tangkapan mendekat, roller
langsung diputar untuk mengangkat jaring.
Urutan kegiatan pengoperasian
alat tangkap yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Mula
– mula jaring diturunkan,
2. Setelah
itu lumut yang telah diikatkan pada tali diturunkan hingga kedalaman 50 cm di
bawah permukaan air.
3. Menunggu
ikan menghampiri umpan lumut yang telah dipasang
4. Setelah
ikan target terlihat mendekati umpan lumut yang telah dipasang, roller kemudian
diputar untuk mengangkat jaring.
5. Mengambil
hasil tangkapan dengan menggunakan serok
C.3.Hasil Tangkapan Bagan Tancap yang Dioperasikan
Siang Hari
Adapun jenis – jenis
ikan yang tertangkap selama praktek kerja lapang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis – jenis ikan yang tertangkap
selama praktek kerja lapang.
Nama
internasional
|
Nama
Indonesia
|
Nama
latin
|
Spotted
scat
|
Ketang-ketang
|
Scatophagus argus
|
Long-finned
silver biddy
|
Pentaprion longimanus
|
|
Endracht hardyhead
|
Balombong
|
Atherinomorus endrachtensis
|
Sergeant
major
|
Sersan
mayor
|
Abudefduf vaigiensis
|
Spotted
spinefoot
|
Beronang
|
Siganus penctatus
|
Smudgespot
spinefoot
|
Beronang
|
Siganus canaliculatus
|
Vermiculate
spinefoot
|
Beronang
|
Siganus vermiculatus
|
Fine-spined
pufferfish
|
Buntal
|
Tylerius spinosissimus
|
Dari
berbagai jenis ikan yang tertangkap, jenis ikan yang mendominasi adalah ikan Ketang-ketang
(Scatophagus argus)
BAB
IV
RANGKUMAN DAN SARAN
A.
Rangkuman
Berdasarkan hasil
yang diperoleh pada pelaksanaan praktek kerja lapang (PKL), maka diperoleh rangkuman
sebagai berikut :
1. Bangan tancap yang terletak di tanjung pallete
kecamatan tanete riattang tumur, kabupaten bone dapat dioperasikan pada siang
hari
2. Umpan
yang digunakan untuk menarik perhatian ikan agar berkumpul di kolom bagan yaitu
lumut.
3. Operasi
penangkapan dilakukan pada siang hari sekitar pukul 09.00 – 15.30
4. Operasi
penangkapan dilakukan saat air pasang dan jernih.
5. Dari
berbagai jenis ikan yang tertangkap, jenis ikan yang mendominasi adalah ikan Ketang-ketang
(Scatophagus argus)
B.
Saran
Pada
umumnya bagan tancap dioperasikan pada malam hari, namun diperairan Tanjung
Palette Kabupaten Bone, Terdapat beberapa bagan tancap yang dioperaikan pada
siang hari oleh nelayan setempat, maka dari itu penulis berharap agar
kedepannya ada mahasiswa yang meneliti lebih detail mengenai pengoperasian
bagan tancap pada siang hari untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan
pengoperasian bagan tancap pada siang hari, agar bisa digunakan di wilayah
lain.
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhya, A. U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.
Dahuri, R. 2001. Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramitha.
Jakarta.
Dinas Kelautan dan Perikanan. 2007. Laporan Statistik Perikanan Tahunan.
Sulawesi Selatan. Makassar
Subani W dan Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Edisi Khusus Jurnal
Penelitian Perikanan Laut. Balai Penelitian
Perikanan laut.BPPP, Dept. Pertanian. Jakarta
Sudirman dan Mallawa, A. 2004. Tekhnik Penangkapan Ikan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar