Rabu, 06 November 2013

Metode Operasi Bagan Tancap pada Siang Hari
di Perairan Desa Pallette, Kabupaten Bone


KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan berkah dan karunia-Nya kepada segenap makhluk ciptaan-Nya serta junjungan Nabi besar Muhammad SAW atas segala bimbingan kepada umatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Perairan Desa Pallette, Kecamatan Riattang Timur, Kabupaten Bone.
Dengan selesainya laporan ini penulis menyadari banyak kesulitan dan kendala yang penulis hadapi akan tetapi semua itu dapat penulis atasi karena  adanya dukungan dari berbagai pihak baik secara moral maupun material kepada penulis. Oleh karena itu lewat kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1.    Kedua Orang Tua beserta keluarga besarku tersayang atas segala dukungannya baik secara materil maupun doanya untuk penulis sehingga memberi motivasi kepada penulis untuk terus belajar dan mengevaluasi diri.
2.    selaku pembimbing utama yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, dan memberi saran-saran yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam penyusunan laporan ini,
3.    Bapak Muhammad Atid, SP, M.Si selaku pembimbing lapang yang dengan sabar membimbing, mengarahkan, dan memotivasi penulis selama menjalankan praktek kerja lapang.
4.    Keluarga besar kapal Teluk Mandar dan kapal sofwan 2 beserta ABK-nya yang telah mengizinkan penulis untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapang di kapal purse seine yang dioperasikannya.
5.    Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara.
6.    Kanda senior yang ada di Yayasan Mattiro Tasi, terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama ini sehingga penulis mampu melaksanakan dan menyelesaikan laporan tepat pada waktunya.
7.    Kanda Edi Hamka S.Pi selaku alumni di fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan yang telah membantu penulis dalam pembuatan peta dan informasi referensi bahan dalam penulisan laporan ini.
8.    Keluarga Besar HMP PSP UNHAS terkhusus Angkatan 2007 serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas motivasi dan dukungannya selama ini kepada penulis.
Akhir kata hanya kepada Allah SWT segalanya dikembalikan, Penulis sadar bahwa dalam penulisan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan disebabkan oleh keterbatasan yang penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk menjadi perbaikan masa yang akan datang.
 A. Latar Belakang
Perikanan merupakan salah satu bidang yang diharapkan dapat dan mampu menjadi penopang peningkatan kesejahteraan rakyat indonesia. Sektor perikanan dapat berperan dalam pemulihan dan pertumbuhan perkonomian bangsa Indonesia karena potensi sumberdaya ikan yang besar dalam jumlah dan keragamannya. Selain itu, sumberaya perikanan merupakan sumberdaya yang dapat diperbaharui (renewable resource) sehingga dengan pengelolaan yang bijaksana dapat terus dinikmati manfaatnya. Pengelolaan perikanan selain memberikan keuntungan, juga meninggalkan berbagai permasalahan seperti kelebihan penangkapan (overfishing) dan kerusakan habitat (habitat destruction). Interaksi kelebihan penangkapan dan kerusakan habitat telah memberikan dampak terhadap penurunan produksi perikanan dunia (Dahuri 2001).
Provinsi  Sulawesi  Selatan  memiliki  perairan  laut dengan  panjang  pantai sekitar  2.500  km  dengan potensi  sumberdaya  perikanan  tangkap  yang  besar dengan potensi berbagai jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Potensi  perikanan  Sulawesi  Selatan  untuk  daerah  penangkapan  12  mil  dari pantai  sebesar  620.480  ton/tahun  dan  80.072  ton/tahun  untuk  zona  ekonomi eksklusif (ZEE), daerah penangkapan 12-200 mil dari pantai. Potensi perikanan laut  ini   baru  termanfaatkan   sekitar   56%   yaitu   14.468   ton   setiap   tahunnya (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan, 2007).
Potensi bidang perikanan di kabupaten Bone memberikan peluang yang sangat besar bagi investor, khususnya pada 11 kecamatan di sepanjang pesisir Teluk Bone. Wilayah penangkapan ikan disekitar Teluk Bone mencapai 127 km panjang pantai hingga puluhan mil ke tengah laut dengan produksi pada tahun 2001 sebesar 68.384,2 ton, Kondisi pemanfaatan sumberdaya perikanan Kabupaten Bone masih didominasi oleh perikanan rakyat dengan menggunakan alat tangkap yang termasuk kategori sederhana, tidak memerlukan biaya tinggi. Salah satu alat tngkap yang digunakan yaitu bagan tancap.
Bagan adalah salah satu jenis alat tangkap yang banyak digunakan nelayan untuk menangkap ikan pelagis kecil.  Unit penangkapan bagan pertama kali diperkenalkan oleh nelayan Bugis – Makasar sekitar tahun 1950-an.  Selanjutnya dalam waktu relatif singkat alat tangkap ini sudah dikenal di seluruh Indonesia. Perkembangan bagan yang begitu pesat di perairan Indonesia merupakan indikasi bahwa unit penangkapan bagan memiliki karakteristik yang sesuai dengan masing - masing daerah dimana bagan dioperasikan (Sudirman 2003).  Berdasarkan cara pengoperasiannya bagan dikelompokkan dalam jaring angkat (lift net), namun karena menggunakan cahaya lampu untuk mengumpulkan ikan maka disebut light fishing (Subani dkk. 1989).
Alat bantu yang sering digunakan dalam pengoperasian bagan tancap adalah atraktor cahaya (Ligh Fishing), berfungsi untuk merangsang atau menarik perhatian ikan untuk berkumpul di bawah cahaya lampu. Kemudian dilakukan pengangkapan dengan jarring yang telah tersediah. (Ayodyoa, 1981). Namun diperairan Tanjung Pallette, Kabupaten Bone, terdapat beberapa bagan yang mengunakan lumut sebagai atraktor untuk menarik perhatian ikan agar berkumpul di kolom bagan.
Sebagai mahasiswa jurusan perikanan, program studi pemanfaatan sumber daya perikanan di Universitas Hasanuddin, maka untuk menunjang aspek kompetensi dalam perkuliahan dan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dengan pengetahuan keprofesian dalam hal ini teknik  penangkapan ikan maka penulis wajib untuk melaksanakan praktek kerja lapang ini.
B.  Tujuan dan Kegunaan
Praktek kerja lapang ini bertujuan untuk melihat dan mengetahui pengoperasian  Bagan Tancap pada siang hari secara langsung di lapangan serta  untuk menambah pengalaman kerja mahasiswa.
Kegunaan dari praktek kerja lapang ini yaitu diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi penulis. Selain itu, menjadi salah satu wadah perbandingan antara teori yang diperoleh dari perkuliahan dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.








BAB II
METODE PRAKTEK KERJA LAPANG

A.  Waktu dan Tempat
Kegiatan praktek kerja lapang ini dilaksanakan pada tanggal 12 September 2012 sampai 16 Desember 2012 berlokasi di perairan Desa Pallette, Kecamatan Riattang Timur, Kabupaten Bone.
B.  Metode Pelaksanaan
Metode yang akan dilakukan dalam praktek kerja lapang ini yaitu dengan cara mengikuti secara langsung kegiatan pengoperasian bagan tancap yang dioperasikan pada siang hari di perairan Desa Pallette, Kecamatan Riattang Timur, Kabupaten Bone dan melakukan wawancara dengan pembimbing lapangan serta nelayan setempat.
C.  Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktek kerja lapang ini adalah:
v  Satu Unit bagan tancap
v  Kamera digital
v  Global Positioning System (GPS)
v  Rol meter
v  Alat tulis menulis
D.  Kegiatan kerja
Kegiatan–kegiatan yang dilakukan selama praktek kerja lapang di lokasi pada  bagan tancap adalah sebagai berikut:
1.   Melakukan wawancara dengan pemilik bagan tentang alat tangkap dan  teknik pengoperasian bagan tancap yang dioperasikan pada siang hari
2.   Mengikuti operasi penangkapan ikan dengan menggunakan bagan tancap dan mengamati hal- hal berikut:
a.   Keadaan kapal:
v  Jenis dan bahan kapal
v  Ukuran kapal (L,B,D)
v  Jenis dan kekuatan mesin
b.   Alat tangkap
v  Bahan alat tangkap
v  Deskripsi alat tangkap
c.   Alat bantu penangkapan
v  Serok
v  Roller
v  Lumut









BAB III
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANG

A.     Deskripsi Kapal dan Alat Tangkap
B.   Alat Tangkap
Konstruksi bagan tancap terbuat dari susunan bambu berbentuk persegi empat yangditancapkan di atas perairan kedalaman ±4 meter bersubstrat lumpur, di mana pada bagian tengah dari bangunan bagan tancap tersebut dipasang jaringyang berbentuk segi empat yang diikatkan pada bingkai yang terbuat dari bambu. Bingkai jaring bagan tancap tersebut dihubungkan dengan tali pada keempat sisinya yang berfungsi untuk menarik jaring dan pada setiap sudut bingkai jaring bagan tancap diberikan batu sebagai pemberat seberat  ±2 kg yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan pada saat jaring akan diturunkan.Luas bagan tancap berukuran 7x7 meter, sedangkan tinggi tiang utamanya 8 meter dari dasar perairan.
Pada keempat sisi jaring ini diberikan batu sebagai pemberat sebesar   0,5 kg yang berfungsi untuk membuka jaring secara sempurna selama dioperasikan. Pada keempat sisinya terdapat beberapa batang bambu melintang dan menyilang yang dimaksudkan untuk memperkuat berdirinya bagan tancap (Gambar 7).
Umumnya jenis bambu yang digunakan yakni bambu parring(Gigantochloa atter) dan bambu pattung(Dendrocalamus asper) (Wibowo, 2001). Jumlah bambu yang digunakan sebanyak 88 batang yang terdiri dari bambu parring(Gigantochloa atter) adalah 46 batang dan bambu pattung(Dendrocalamus asper) adalah 42 batang. Bambu ini dapat bertahan dalam kurun waktu kurang lebih satu tahun, jika mencapai satu tahun maka akan dilakukan renovasi atau pergantian bambu-bambu yang telah rapuh. Jaring bagan tancap menggunakan jenis waring (Polypropylene) berwarna hitamdenganmesh size 0.5 cm serta ukuran jaring bagan tancap relatif jauh dari pantai  yakni 8.25X8.25X3meter dan bagan tancap dekat dari pantai yakni         8.25X8.25X2.5 meter, dengan posisi jaring terletak di bagian bawah bangunan bagan tancap yang diikatkan pada bingkai bambu yang berbentuk segi empat yang disambungkan ke roller dengan menggunakan tali. Layout disain kerangka bagan tancap dapat dilihat pada Lampiran 7 (a, b, c dan e) dan 8.

Gambar 1.Bagan Tancap yang ada di desa Pallette Kab. Bone

Di atas bangunan bagan tancap dibagian tengah terdapat bangunan menyerupai bentuk atap rumah yang berfungsi sebagai tempat istirahat dan menyimpan barang.Ukuran bangunan rumah bagan tancap yakni         2.5X2X1.5 meter
C.   Perahu Motor Tempel
Perahu yang digunakan sebagai alat transportasi dari fishing base ke fishing ground merupakan perahu motor tempel yang terbuat dari fiber dengan konstruksi sederhana dan kapasitas muatan perahu ini 3-5 orang (Gambar 8). Ukuran perahu pada bagan tancap relatif jauh dari pantai ialah panjang 7.5 meter, lebar 0.9 meter, dan tinggi 0.44 meter. Mesin penggerak yang digunakan adalah merek honda dengan kekuatan 6.5 PK dan menggunakan bahan bakar bensin (Gambar 3
Gambar 3. Perahu Motor Tempel


            Adapun alat bantu yang digunakan selama praktek kerja lapang yaitu sebagai berikut:
A.1.c Serok
            Serok merupakan alat bantu yang digunakan untuk memindahkan hasil tangkapan dari dalam jaring ke dalam box penyimpanan. Serok yang digunakan terbuat dari sebatang bambu dengan panjang 5 meter dan waring yang dibentuknya menyerupai kantong
A.3.cRoller
            Roller berfungsi untuk menggulung tali kolor pada saat ikan telah berkumpul di atas jaring. Roller ini terbuat dari bambu yang berukuran besar yang berdiameter 15 cm dengan panjang 8 m. Roller diputar dengan menggunakan tenaga manusia.

D.  Daerah Penangkapan
Bagan tancap yang digunakan selama praktek kerja lapang berada di perairan Palette kecamatan Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone. Lokasi Fishing base berada pada posisi 040 2917.9” LS dan 1200 2337.9” BT. Sedangkan fishing ground berada pada posisi 040 2916.4” LS dan 1200 2400.4” BT, yang berada di sekitar ekositem mangrove. Nelayan mulai berangkat dari fishing base ke fishing ground pada siang hari Pukul 10.30 WITA, jarak yang ditempuh oleh nelayan untuk sampai ke fishing ground sekitar 10 menit kemudian kembali lagi ke fishing base pada sore hari sekitar Pukul 15.00 WITA..
E.  Pengoperasian Bagan Tancap Siang
Untuk menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu sebagai berikut:
C.1. Persiapan
            Sebelum menuju fishing ground maka perlu melakukan beberapa persiapan untuk menunjang keberhasilan penangkapan yang dilakukan di darat antara lain:
1.    Penyadiaan bekal air minum
2.    Persiapan BBM (bensin)
3.    Persiapan lumut
4.    Pemeriksaan harian mesin
C.2. Operasi Penangkapan
            Operasi penangkapan dimulai pada pagi menjelang siang hari, sekitar pukul 09.30 WITA kapal mulai meninggalkan fishing base menuju bagan atau fishing ground. Hanya membutuhkan waktu sekitar ± 15 menit untuk sampai di bagan. Setelah sampai di bagan, lumut kemudian diikatkan pada tali yang panjangnya sekitar 12 meter untuk dibentangkan pada kolom bagan. Tali tersebut juga dipasangkan pemberat agar lumutnya dapat tenggelam.
            Setelah umpan lumut diturunkan, nelayan tinggal memperhatikan di sekitar lumut, jika sudah terdapat beberapa ikan yang menjadi target tangkapan mendekat, roller langsung diputar untuk mengangkat jaring.
Urutan kegiatan pengoperasian alat tangkap yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1.   Mula – mula jaring diturunkan,
2.   Setelah itu lumut yang telah diikatkan pada tali diturunkan hingga kedalaman 50 cm di bawah permukaan air.
3.   Menunggu ikan menghampiri umpan lumut yang telah dipasang
4.   Setelah ikan target terlihat mendekati umpan lumut yang telah dipasang, roller kemudian diputar untuk mengangkat jaring.
5.   Mengambil hasil tangkapan dengan menggunakan serok
C.3.Hasil Tangkapan Bagan Tancap yang Dioperasikan Siang Hari
Adapun jenis – jenis ikan yang tertangkap selama praktek kerja lapang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis – jenis ikan yang tertangkap selama praktek kerja lapang.
Nama internasional
Nama Indonesia
Nama latin
Spotted scat
Ketang-ketang
Scatophagus argus
Long-finned silver biddy

Pentaprion longimanus
Endracht hardyhead
Balombong
Atherinomorus endrachtensis
Sergeant major
Sersan mayor
Abudefduf vaigiensis
Spotted spinefoot
Beronang
Siganus penctatus
Smudgespot spinefoot
Beronang
Siganus canaliculatus
Vermiculate spinefoot
Beronang
Siganus vermiculatus
Fine-spined pufferfish
Buntal
Tylerius spinosissimus

Dari berbagai jenis ikan yang tertangkap, jenis ikan yang mendominasi adalah ikan Ketang-ketang (Scatophagus argus)



BAB IV
RANGKUMAN DAN SARAN
A.     Rangkuman
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada pelaksanaan praktek kerja lapang (PKL), maka diperoleh rangkuman sebagai berikut :
1.   Bangan tancap yang terletak di tanjung pallete kecamatan tanete riattang tumur, kabupaten bone dapat dioperasikan pada siang hari
2.   Umpan yang digunakan untuk menarik perhatian ikan agar berkumpul di kolom bagan yaitu lumut.
3.   Operasi penangkapan dilakukan pada siang hari sekitar pukul 09.00 – 15.30
4.   Operasi penangkapan dilakukan saat air pasang dan jernih.
5.   Dari berbagai jenis ikan yang tertangkap, jenis ikan yang mendominasi adalah ikan Ketang-ketang (Scatophagus argus)

B.     Saran
Pada umumnya bagan tancap dioperasikan pada malam hari, namun diperairan Tanjung Palette Kabupaten Bone, Terdapat beberapa bagan tancap yang dioperaikan pada siang hari oleh nelayan setempat, maka dari itu penulis berharap agar kedepannya ada mahasiswa yang meneliti lebih detail mengenai pengoperasian bagan tancap pada siang hari untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan pengoperasian bagan tancap pada siang hari, agar bisa digunakan di wilayah lain.









DAFTAR PUSTAKA

Ayodhya, A. U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.
Dahuri, R. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramitha. Jakarta.

Dinas Kelautan dan Perikanan. 2007. Laporan Statistik Perikanan Tahunan. Sulawesi Selatan. Makassar

Subani W dan Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Edisi Khusus Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Balai Penelitian Perikanan laut.BPPP, Dept. Pertanian. Jakarta

Sudirman dan Mallawa, A. 2004. Tekhnik Penangkapan Ikan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar